Ilustrasi pemain cedera. (Sumber: beIN Sports) |
Jurnalolahraga.id - Sebuah penelitian baru-baru ini menggali data kuantitatif untuk memberi wawasan mendalam tentang pola cedera pemain bola di dua liga papan atas, LaLiga Spanyol dan Liga Inggris.
Temuan riset ini bisa jadi landasan untuk membangun strategi pencegahan cedera dan manajemen pemain yang efektif.
Berikut saripati riset Juan Carlos Argibay-Gonzalez dkk, dari Fakultas Pendidikan dan Olahraga, Universitas Vigo, Spanyol.
Riset ini dipublikasikan via International Journal of Environmental Research and Public Health pada September 2022.
Cedera Strain Paling Tinggi
Hasil penelitian menunjukkan, jenis cedera paling sering terjadi di kedua liga adalah strain atau regangan otot.
Sebanyak 50% cedera di LaLiga dan 28,9% di Premier League teridentifikasi sebagai strain.
Puncak dari jenis cedera ini adalah ruptur fibrilar hamstring, angkanya mencapai 29,6% di LaLiga dan 23,7% di Premier League.
Angka tersebut menegaskan konsistensi temuan sebelumnya yang menempatkan strain sebagai cedera paling umum dalam sepak bola profesional.
Kendati persentase jenis cedera sama-sama di angka tertinggi, perbedaan persentase muncul di kedua liga.
Faktor-faktor unik sepertinya memainkan peran penting dalam menentukan risiko cedera di LaLiga dan Premier League.
Apa yang bekerja di satu liga, mungkin tidak berlaku sepenuhnya di liga lainnya.
Faktor Risiko yang Signifikan
Menyoroti faktor risiko, penelitian ini mengidentifikasi beberapa elemen yang berpengaruh signifikan terhadap kejadian cedera.
Faktor-faktor intrinsik seperti usia dan riwayat medis diakui sebagai risiko mutlak.
Namun, ada juga risiko yang dapat dicegah, sehingga layak disorot, misal hamstring lemah, kelelahan, dan kekurangan fleksibilitas.
Ketidakseimbangan kekuatan antara otot hamstring (eccentric) dan quadriceps (concentric) jadi porsi terbesar dari literatur.
Ini adalah poin kunci dalam mengembangkan efektivitas program pencegahan cedera.
Melalui latihan dan pengelolaan kelelahan, klub sepak bola dapat berupaya meminimalkan risiko cedera otot hamstring, terutama kaitan dengan ruptur fibrilar.
Analisis Musim dan Kalender Pertandingan
Ketika melihat pola cedera sepanjang musim, temuan menarik muncul.
Di LaLiga, pola cedera menunjukkan peningkatan pada paruh pertama musim, sedangkan di Premier League puncak cedera terjadi pada bulan Desember.
Penelitian menunjukkan bahwa lonjakan cedera bulan Desember di Inggris dapat dikaitkan dengan peningkatan jumlah laga selama liburan Natal, atau akrab kita dengar sebagai Boxing Day.
Pada bulan Desember, satu klub di Liga Inggris bisa memainkan hingga sembilan pertandingan, lebih banyak dari LaLiga, di mana satu tim maksimal "hanya" enam pertandingan.
Faktor tersebut menyoroti perlunya rotasi pemain dan manajemen istirahat di antara pertandingan, guna mencegah kelelahan dan cedera.
Kendati riset sebelumnya telah menunjukkan bahwa konsentrasi pertandingan dalam waktu singkat bukan variabel yang mempengaruhi jumlah total cedera, rotasi pemain dengan istirahat lebih dari enam hari antar-laga bisa jadi solusi untuk mengurangi cedera pada paruh musim tertentu.
Pengaruh Usia dan Posisi Pemain
Usia pemain juga muncul sebagai faktor risiko signifikan.
Analisis menunjukkan, terjadi peningkatan jumlah cedera pada rentang usia 21-25 dan 26-30 tahun, tetapi menurun pada kelompok usia di atas 30 tahun.
Faktor ini menunjukkan perlunya pendekatan pencegahan yang lebih khusus seiring bertambahnya usia pemain.
Ketika mempertimbangkan posisi pemain, penelitian ini mengonfirmasi temuan sebelumnya bahwa pemain bertahan lebih rentan terhadap cedera.
Di LaLiga, persentase cedera pada posisi bek mencapai 53,6%, sementara di Premier League, angkanya 38,5%.
Hal ini menyoroti perbedaan dalam tuntutan fisik di antara posisi pemain sekaligus mendukung perlunya pendekatan pencegahan yang lebih spesifik untuk pemain bertahan.
Bagian Tubuh Rentan & Skenario Cedera
Beralih ke lokasi cedera, penelitian ini menegaskan bahwa tubuh bagian bawah, terutama paha, jadi bagian paling rentan.
Ruptur fibrilar hamstring menjadi cedera paling umum di kedua liga, menekankan urgensi pemahaman mendalam tentang cedera ini, demi pengembangan program pencegahan yang efektif.
Menariknya, sebagian besar cedera justru terjadi tanpa keterlibatan lawan, melainkan berlangsung setelah situasi sprint.
Analisis pola T menunjukkan, cedera setelah sprint sebagian besar berupa ruptur fibrilar.
Pemahaman tentang kapan cedera paling mungkin terjadi dapat membantu pelatih dan staf medis dalam merancang program latihan yang lebih spesifik.
Menggali Data Lebih Dalam untuk Rencana Masa Depan
Kendati riset ini memberi wawasan mendalam tentang pola cedera pemain sepak bola, ada beberapa keterbatasan yang perlu diakui.
Penelitian hanya mempertimbangkan cedera selama pertandingan liga yang memerlukan penggantian pemain, sementara cedera selama latihan atau kompetisi lainnya tidak dimasukkan.
Untuk pemahaman lebih holistik, riset masa depan bisa melibatkan semua kompetisi dan cedera selama latihan.
*Artikel ini disarikan dari penelitian berjudul: Analysis of Injury Patterns in Men’s Football between the English League and the Spanish League via International Journal of Environmental Research and Public Health.