Sedang Ramai
Loading...
Bosman Rules adalah putusan Mahkamah Eropa yang memberi hak kepada para pemain sepakbola untuk pindah klub secara gratis setelah kontrak mereka berakhir, serta menghapus batasan jumlah pemain asing yang boleh bermain di liga-liga Eropa.
Jean-Marc Bosman. (Sumber: The Wall Street Journals)


Rangkuman Isi Artikel


Bosman Rules adalah putusan Mahkamah Eropa yang memberi hak kepada pesepakbola untuk pindah klub secara gratis setelah kontrak berakhir, serta menghapus batas kuota pemain asing di liga-liga Eropa.

Bosman Rules menguntungkan banyak pemain, terutama dari negara-negara kecil atau berkembang di Eropa. Mereka lebih mudah pindah klub atau menuntut gaji besar.

Bosman Rules juga berdampak negatif buat klub-klub kecil, mereka kehilangan sumber pendapatan dari biaya transfer, dan masih harus bersaing dengan klub besar untuk merekrut pemain bintang.


Jurnalolahraga.id - Bosman Rules bisa disebut sebagai salah satu drama paling berpengaruh dalam sejarah sepakbola Eropa.


Ini kisah tentang perjuangan Jean-Marc Bosman, pesepakbola Belgia "tidak terkenal" tapi berani menantang sistem transfer nir-adil.


Siapa Bosman?


Jean-Marc Bosman adalah gelandang kelahiran di Liege, Belgia, tahun 1964. Ia memulai karir sepakbolanya pada 1983 di Standard Liege, salah satu klub besar di Belgia.


Di sana, Bosman tidak mendapat banyak menit bermain. Selepas lima tahun bersama Liege, dia akhirnya pindah ke RFC Liege.


Benar saja, sejak itu Bosman langganan jadi starter RFC selama dua musim.


Pada 1990, kontrak Bosman di RFC Liege habis, ia dapat tawaran dari Dunkerque, klub divisi dua Prancis.


Bosman ingin menerima tawaran itu karena ia merasa tak dihargai oleh RFC Liege yang menawarkan kontrak baru dengan gaji lebih rendah.


Apesnya, RFC Liege tak mau melepas Bosman begitu saja. Mereka menuntut biaya transfer 11,7 juta franc Belgia kepada Dunkerque, jauh di luar kemampuan klub Prancis tersebut.


Alhasil, transfer Bosman gagal total, dan RFC Liege memotong gajinya sebesar 75 persen karena Bosman enggan tandatangan kontrak baru.


Bosman yang merasa diperlakukan tak adil kemudian menggugat RFC Liege, Federasi Sepakbola Belgia, dan UEFA ke Mahkamah Eropa.


Gugatannya, sistem transfer yang berlaku saat itu dianggap melanggar hak kebebasan para pekerja Uni Eropa yang dijamin oleh Perjanjian Roma tahun 1957.


Sepakbola profesional juga pekerjaan bukan?


Bagaimana Perjalanan Bosman di Meja Hijau?


Jean-Marc Bosman didampingi pengacaranya Luc Misson dan Jean-Louis Dupont, tersenyum di Mahkamah Eropa,
15 Desember 1995. 
(Sumber: AFP)

Perjuangan Bosman tak mudah. Untuk urusan meja hijau, dia dibersamai dua pengacara, Luc Misson dan Jean-Louis Dupont.


Mereka berargumen, aturan transfer saat itu menghalangi pemain untuk cari pekerjaan di negara-negara lain di Uni Eropa, serta ada diskriminasi karena pembatasan kuota pemain asing oleh UEFA.


Mengacu pada Pasal 48 dari Perjanjian Roma, dijelaskan bahwa "kebebasan bergerak para pekerja di dalam Komunitas harus dijamin".


Sementara di tengah berjalannya kasus ini, karir sepakbola Bosman meredup. Ia dilarang bermain oleh Federasi Sepakbola Belgia, karena tak mau menandatangani kontrak baru bersama RFC Liege.


Bosman sempat main di beberapa klub gurem Prancis dan Belgia dengan gaji sangat rendah. Masalahnya tambah parah karena dia bercerai dengan istrinya, depresi, dan kecanduan alkohol.


Dia bahkan sempat ditangkap pak polisi karena menyetir mobil dalam keadaan mabuk. Alhasil, saat itu Bosman dibenci stakeholder sepakbola dan dicap sebagai pengkhianat serta pengacau.


Bosman tidak menyerah.


Ia terus mencari keadilan, hingga akhirnya, 15 Desember 1995, Mahkamah Eropa memutuskan kalau sistem transfer yang berlaku saat itu memang melanggar hak kebebasan pekerja di Uni Eropa.


Akhirnya biaya transfer untuk pemain yang habis kontrak dihapus, sementara kuota pemain asing di liga-liga Eropa dihilangkan.


Putusan meja hijau ini dikenal dengan istilah Bosman Rules, salah satu putusan hukum paling berpengaruh dalam sejarah sepakbola.


Jean-Marc Bosman didampingi pengacaranya Luc Misson dan Jean-Louis Dupont di Mahkamah Eropa, 15 Desember 1995.
(Sumber: AFP)

Aturan UEFA Sebelum Ada Bosman Rules


Pemain tak boleh meninggalkan klubnya pada akhir kontrak, kecuali dapat persetujuan secara gratis, atau ada klub peminat yang mau membayar biaya transfer kepada klub lama.


UEFA menetapkan kuota pemain asing di liga-liga Eropa. Ketentuannya "3+2" alias tiga pemain luar Uni-Eropa dan dua pemain asimilasi (pemain asing yang sudah bermain di liga bersangkutan melalui jalur akademi klub).


Siapa Contoh Pemain yang Diuntungkan dengan Adanya Bosman Rules?


Bosman Rules memberi keuntungan buat banyak pemain, terutama dari negara-negara kecil atau berkembang di Eropa.


Mereka akhirnya bisa pindah klub lebih mudah tanpa terikat biaya transfer antar-klub dan punya daya tawar minta gaji lebih tinggi karena ada banyak opsi klub.


Beberapa contoh pemain yang sukses dari Bosman Rules di antaranya:


Steve McManaman: Salah satu pemain Inggris pertama yang memanfaatkan Bosman Rules, ketika ia pindah dari Liverpool ke Real Madrid pada tahun 1999. McManaman jadi salah satu pemain asing terbaik di klub Spanyol tersebut, memenangkan dua gelar Liga Champions dan dua gelar La Liga.

Sol Campbell: Pemain paling kontroversial karena menggunakan Bosman Rules saat pindah dari Tottenham Hotspur ke rival sekota mereka Arsenal pada tahun 2001. Campbell adalah salah satu bek terbaik di dunia, membantu Arsenal meraih dua gelar Premier League dan tiga gelar FA Cup, termasuk musim tanpa kekalahan 2003/2004.

Robert Lewandowski: Salah satu striker terbaik di dunia saat ini yang memanfaatkan Bosman Rules untuk pindah dari Borussia Dortmund ke Bayern Munich pada tahun 2014.  Lewandowski adalah pencetak gol terbanyak di Bundesliga, memenangkan enam gelar liga, empat gelar Piala Jerman, dan satu gelar Liga Champions bersama klub Bavaria tersebut.


Hal-Hal Relevan Lainnya


Selain berdampak positif, Bosman Rules juga memberi dampak negatif terhadap klub-klub kecil.

Dampak negatif dari Bosman Rules di antaranya:


Menurunnya nilai biaya transfer untuk para pemain yang habis kontrak habis, sehingga klub-klub kecil kehilangan sumber pendapatan dari penjualan pemain.

 

Meningkatnya dominasi klub-klub besar dan kaya, di mana mereka bisa merekrut pemain bintang secara gratis atau murah dengan iming-iming gaji tinggi.

 

Menurunnya kesetaraan kompetisi di liga-liga Eropa, karena klub-klub besar akhirnya bisa memonopoli gelar-gelar juara.

 

Menurunnya loyalitas pemain, mereka bisa lebih sering pindah klub tanpa memperhatikan sejarah dan tradisi klub.


Source:


1. How the Bosman rule changed football - 20 years on - SkySports.

2. Bosman Ruling - SpringerLink.

3. ASBL v Bosman (Bosman Ruling) - Case Summary - LawTeacher.net.